Sejarah Desa Jagapati

26 April 2022
Administrator
Dibaca 216 Kali

SEJARAH  DESA  JAGAPATI

 

Om Awighanam astu Namo Sidham,

 

                     Mengenai sejarah Desa Jagapati belum dapat diketahui , tetapi berdasarkan sumber yang ada yaitu dari babad Mengwi  yag ada di Puri Agung Belang  dan dari orang yang dituakan di Desa Jagapati dapat kami sampaikan seperti dibawah ini   :

 

                      Pada jaman dahulu kira-kira tahun 1300, ada para arya yang keturunan dari Majapahit  yang bergelar I Gusti Ngurah Pinatih datang ke Bali  disertai dengan pengikutnya, waktu itu pulau Bali ini masih hutan belantara, Waktu I Gusti Ngurah Pinatih berangkat ke Bali diceritakan bahwa ditengah perjalanan beliau sangat lelah sekali karena menempuh perjalanan jauh, karena lelah beliau beristirahat ( mejanggelan ). Kemudian ditempat beliau beristirahat itu didirikan tempat suci yang diberinama Pura Jenggala yang berasal dari bahasa bali “ Mejanggelan “ yang sekarang bertempat di Br. Bindu, Desa Mekar Bhuana , Kecamatan Abiansemal,Kabupaten Badung .

                    Diceritakan bertepatan dengan malam sasih kepitu, I Gusti Ngurah Pinatih mendengar Sabda dari Angkasa, bahwa beliau dititahkan untuk melihat keselatan, apabila ada berupa sinar api yang jatuh diselatan agar beliau  datang ketempat itu dan membuat tempat tinggal disana sekaligus sebagai Puri. Lalu ditempat itu mendirikan Puri. Dan pada saat tersebut beliau  I Gusti Ngurah Pinatih merubah nama beliau menjadi I Gusti Ngurah Bija.

                   Setelah beliau melihat sinar dimaksud lalu beliau mengejar keselatan dengan cepat sekali beliau mengejarnya, tepai sinar itu tidak jatuh ketanah melainkan sinar itu bertengger diujung pohon yang sangat besar, dan pangkal pohon itu lilit oleh banyak ular, setelah beliau mendekat ke pohon tersebut seketikan pohon dan api itu berubah wujud menjadi senjata tombak yang beridiri menancap ditempat pohon besar tadi. Kemudian tombak tersebut diambil oleh I Gusti Ngurah Bija dan dipakai sebagai  senjata pusaka.

                  Keesokan harinya beliau I Gusti Ngurah Bija memerintahkan para pengikutnya untuk merambas hutan itu selanjutnya akan didirikan Puri. Setelah puri/Istana tersebut berdiri diberinama “ Puri Bun “  dan selanjutnya I Gusti Ngurah Bija bergelar I Gusti Ngurah Bija Bun ( kata Bun berasal dari Ular ( Bun ) yang melilit di pangkal pohon besar itu.

                  Sekarang diceritakan beberapa pengikut beliau atau rakyat Bun berbelanja di pasar Pengumpian, yaitu pasar yang menjadi wilayah Kerajaan  pengumpian. Dalam pertemuan rakyat Bun dan rakyat Pengumpian di pasar , rupanya rakyat Pengumpian tidak senang melihat rakyat Bun, mungkin karena rakyat Bun sering membuat keonaran di pasar.dengan kejadian tersebut rakyat pengumpian melaporkan hal tersebut kepada Raja Pengumpian, mendengar laporan tersebut, Raja Pengumpian marah dan memerintahkan rakyatnya untuk mengusir warga Bun dari wilayah pengumpian.  mendengar rakyatnya diusir oleh warga pengumpian,I Gusti Ngurah Bija Bun pun marah, lalu memerintahkan warganya untuk menyerang kerajaan Pengumpian. Dalam peperangan tersebut Raja Pengumpian gugur dalam peperangan. Setelah Raja Pengumpian gugur, pengikutnya yang masih hidup  seperti Anom Pengumpian  melarikan diri ke Tumbak Bayuh, dan ada juga yang mengungsi ke Kauripan dan Beraban.

                 Semenjak I Gusti Ngurah Bija Bun menjadi Raja di Kerajaan Bun,kerajaan Bun menjadi tenterem sejahtera, damai dan hidup serba berkecukupan. Adapun yang menjadi pendeta

( Bhagawanta ) Kerajaan waktu itu adalah  Ida Pedanda Mabian yang disertai oleh putra-putra beliau.

                 I Gusti Ngurah Bija Bun mempunyai beberapa putra antara lain I Gusti Ngurah Putu Bija  Bun, I Gusti Ngurah Anom Branjingan. I Gusti Ngurah Bija Bun diserahi Tahta di Branjingan dan I Gusti Ngurah Anom Branjingan dan diberi pengikut 300 orang lengkap dengan senjata pusaka berupa tombak.

                 Entah beberapa lama berlangsungnya kerajaan Branjingan terjadilah perselisihan antara I Gusti Ngurah Bija Bun dengan I Gusti Ngurah Anom Branjingan, yaitu memperebutkan wilayah kekuasaan atau tanah warisan. Mendengar  perselisihan putranya itu I Gusti Ngurah Bun, bermaksud untuk mengetengahi perselisihan tersebut, tapi malah sebaliknya I Gusti Ngurah Putu Bija Bun menantang ayahnya untuk berperang.mendengar hal tersebut raja Mengwipun ikut turun tangan menasehati I Gusti Ngurah Putu Bija Bun , tetapi tidak dihiraukan juga.perang tak dapat dihindari kedua pasukan telah berhadap-hadapan antara pasukan I Gusti Ngurah Bun dengan pasukan I Gusti Ngurah Putu Bija Bun.Karena takdir Ida Sang Hyang Widhi,maka saat berhadp-hadapan dimedan perang itu, sadarlah IGusti Ngurah Putu Bija Bun bahwa yang diajak berperang itu, adalah ayah kandungnya sendiri. Dan saat itu juga I Gusti Ngurah Putu Bija Bun mohon maaf pada ayahnya atas kesalahan yang telah dibuatnya.maka urunglah perang tanding antara anak dan ayahnya.

 

               Karena peperangan itu batal/urung,sebab dalam  peperangan itu I Gusti Ngurah Bija Bun bermaksud akan membunuh anaknya ( dalam bahasa Bali  (JAGA KESEDAYANG/KEPATIANG ) maka dari kata  “    Jaga Kepatiang   “  menjadilah  “JAGAPATI “

Yang sampai sekarang menjadi nama Desa Jagapati.

 

               Demikian yang dapat kami sajikan sekelumit sejarah Desa jagapati, maka kurang dan lebihnya dalam penyajian ini kami lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya.

 

Om, Santhi,Sathi, Santhi, Om.